Produksi CPO diproyeksi naik 33% di semester II
01 Agustus 2012
Admin Website
Artikel
4647
JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
memproyeksikan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO)
domestik pada semester kedua tahun ini akan meningkat ketimbang semester
pertama.
Direktur Eksekutif GAPKI, Fadhil Hasan menuturkan, kenaikan produksi CPO karena pada paruh kedua tahun ini memasuki musim puncak produksi atau peak seasons.
Pada semester I 2012, produksi CPO Indonesia mencapai 11 juta ton. Jika mengacu pada target produksi CPO sepanjang tahun ini yang sebesar 25,7 juta ton, maka produksi CPO di paruh kedua tahun ini diprediksi mencapai sekitar 14,7 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi 33% dibanding pencapaian semester sebelumnya.
Sepanjang paruh pertama di tahun ini, volume produksi CPO di dalam negeri juga naik 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Munculnya perkebunan sawit baru dan bertambahnya usia tanaman sawit menjadi faktor pendorong peningkatan produksi tersebut.
Wakil Ketua Komisi Tetap Perkebunan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Teguh Patriawan menambahkan, setiap tahun rata-rata penambahan lahan perkebunan sawit mencapai 200.000 hektare (ha) - 300.000 ha. Tidak heran, jika produksi pun meningkat.
Tak hanya itu, kata Teguh, peningkatan produksi juga akan terjadi berkat kondisi cuaca yang mendukung. Catatan saja, produktivitas sawit bakal meningkat di saat curah hujan tinggi.
Meski tidak merinci, dia optimistis kinerja ekspor CPO asal Indonesia tidak akan mengkhawatirkan. Dia menghitung, permintaan CPO dunia selalu meningkat hingga 3 juta ton setiap tahun.
Susanto, Kepala Bidang Pemasaran GAPKI, memperkirakan, pada September-Desember mendatang, permintaan ekspor bakal naik lebih tajam. "Kenaikan permintaan karena negara-negara importir memborong CPO untuk cadangan awal tahun," kata Susanto.
Menurut Susanto, peningkatan volume ekspor CPO sudah terlihat sejak Juni lalu, yaitu mencapai sekitar 1,4 juta ton - 1,45 juta ton. Ekspor yang melonjak paling signifikan adalah ke negara-negara dengan populasi muslim terbesar, seperti India, Bangladesh, dan negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Melonjaknya permintaan CPO pada periode tersebut karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Seperti diketahui, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak nabati yang dapat diproses menjadi aneka produk seperti minyak goreng.
Meskipun beberapa bulan lalu harga CPO sempat terjungkal hingga ke kisaran US$ 800 per ton, namun Teguh masih optimistis harga CPO akan kembali naik (rebound) hingga menyentuh US$ 1.000 per ton. "Harga akan terkerek lagi karena permintaan dunia yang terus meningkat dan tren penurunan produksi minyak nabati lain, seperti kedelai," sebutnya.
Salah satu produsen CPO, yaitu PT Tunas Baru Lampung Tbk menargetkan produksi tahun ini bisa mencapai 800.000 ton. Deputy President Director Tunas Baru Lampung, Sudarmo Tasmin berharap target tersebut bisa tercapai lantaran pada semester II memasuki siklus tanaman sawit berproduksi maksimal.
DIKUTIP DARI KONTAN, KAMIS, 26 JULI 2012
Direktur Eksekutif GAPKI, Fadhil Hasan menuturkan, kenaikan produksi CPO karena pada paruh kedua tahun ini memasuki musim puncak produksi atau peak seasons.
Pada semester I 2012, produksi CPO Indonesia mencapai 11 juta ton. Jika mengacu pada target produksi CPO sepanjang tahun ini yang sebesar 25,7 juta ton, maka produksi CPO di paruh kedua tahun ini diprediksi mencapai sekitar 14,7 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi 33% dibanding pencapaian semester sebelumnya.
Sepanjang paruh pertama di tahun ini, volume produksi CPO di dalam negeri juga naik 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Munculnya perkebunan sawit baru dan bertambahnya usia tanaman sawit menjadi faktor pendorong peningkatan produksi tersebut.
Wakil Ketua Komisi Tetap Perkebunan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Teguh Patriawan menambahkan, setiap tahun rata-rata penambahan lahan perkebunan sawit mencapai 200.000 hektare (ha) - 300.000 ha. Tidak heran, jika produksi pun meningkat.
Tak hanya itu, kata Teguh, peningkatan produksi juga akan terjadi berkat kondisi cuaca yang mendukung. Catatan saja, produktivitas sawit bakal meningkat di saat curah hujan tinggi.
Meski tidak merinci, dia optimistis kinerja ekspor CPO asal Indonesia tidak akan mengkhawatirkan. Dia menghitung, permintaan CPO dunia selalu meningkat hingga 3 juta ton setiap tahun.
Susanto, Kepala Bidang Pemasaran GAPKI, memperkirakan, pada September-Desember mendatang, permintaan ekspor bakal naik lebih tajam. "Kenaikan permintaan karena negara-negara importir memborong CPO untuk cadangan awal tahun," kata Susanto.
Menurut Susanto, peningkatan volume ekspor CPO sudah terlihat sejak Juni lalu, yaitu mencapai sekitar 1,4 juta ton - 1,45 juta ton. Ekspor yang melonjak paling signifikan adalah ke negara-negara dengan populasi muslim terbesar, seperti India, Bangladesh, dan negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Melonjaknya permintaan CPO pada periode tersebut karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Seperti diketahui, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak nabati yang dapat diproses menjadi aneka produk seperti minyak goreng.
Meskipun beberapa bulan lalu harga CPO sempat terjungkal hingga ke kisaran US$ 800 per ton, namun Teguh masih optimistis harga CPO akan kembali naik (rebound) hingga menyentuh US$ 1.000 per ton. "Harga akan terkerek lagi karena permintaan dunia yang terus meningkat dan tren penurunan produksi minyak nabati lain, seperti kedelai," sebutnya.
Salah satu produsen CPO, yaitu PT Tunas Baru Lampung Tbk menargetkan produksi tahun ini bisa mencapai 800.000 ton. Deputy President Director Tunas Baru Lampung, Sudarmo Tasmin berharap target tersebut bisa tercapai lantaran pada semester II memasuki siklus tanaman sawit berproduksi maksimal.
DIKUTIP DARI KONTAN, KAMIS, 26 JULI 2012