Peneliti Dorong Pengembangan Massal Aren Genjah di Kutim
27 September 2012
Admin Website
Artikel
3737
BALIKPAPAN. Peneliti dari Puslitbang Perkebunan Kementerian
Pertanian, Dr Ir Bambang Prastowo mendorong Pemkab Kutim untuk
mengembangkan varietas tanaman Aren Genjah secara massal. Pasalnya,
selain bermanfaat untuk pangan, tanaman ini juga bisa menjadi energi
alternatif dalam bentuk bioetanol.
Kendati demikian, untuk mengembangkan energi bioetanol secara massif, Pemkab Kutim kata Bambang, harus menyediakan lahan dan alat khusus guna menunjang kadar alkohol yang lebih baik.
"Kalau mau jadi bioetanol harus divermentasi lebih bagus, ada alat-alatnya, supaya hasilnya juga lebih bagus. Sebab kalau mengolahnya dibiarkan secara tradisionil, untuk seliter jadinya sedikit, paling-paling hanya sepersepuluh kadar alkoholnya," katanya, Rabu (26/9/2012) di hotel Novotel Balikpapan.
Bambang mengatakan, untuk menjadi campuran bahan bakar premium maka kadar alkhohol bioetanol harus diatas 97 persen. Jika tidak, maka mesin dapat mengalami kerusakan. "Untuk menjadi campuran premium harus diatas 97 persen, yang 3 persen itu kan air. Kalau air lebih banyak maka saat masuk ke mesin akan rusak. Makanya ada bioetanol untuk mobil itu namanya FGE (Fuel Grade Ethanol). Itu yang boleh atau mau diterima oleh Pertamina," jelasnya.
Potensi untuk mengembangkan energi bioetanol, lanjut Bambang, cukup besar. Hanya saja, sejauh ini belum ada yang memproduksinya secara massal. Selain terkendala pada bahan baku yang terbatas, pengembangan energi bioetanol juga kerap bersaing dengan pengembangan di sektor pangan. (*)
DIKUTIP DARI TRIBUN KALTIM, KAMIS, 27 SEPTEMBER 2012
Kendati demikian, untuk mengembangkan energi bioetanol secara massif, Pemkab Kutim kata Bambang, harus menyediakan lahan dan alat khusus guna menunjang kadar alkohol yang lebih baik.
"Kalau mau jadi bioetanol harus divermentasi lebih bagus, ada alat-alatnya, supaya hasilnya juga lebih bagus. Sebab kalau mengolahnya dibiarkan secara tradisionil, untuk seliter jadinya sedikit, paling-paling hanya sepersepuluh kadar alkoholnya," katanya, Rabu (26/9/2012) di hotel Novotel Balikpapan.
Bambang mengatakan, untuk menjadi campuran bahan bakar premium maka kadar alkhohol bioetanol harus diatas 97 persen. Jika tidak, maka mesin dapat mengalami kerusakan. "Untuk menjadi campuran premium harus diatas 97 persen, yang 3 persen itu kan air. Kalau air lebih banyak maka saat masuk ke mesin akan rusak. Makanya ada bioetanol untuk mobil itu namanya FGE (Fuel Grade Ethanol). Itu yang boleh atau mau diterima oleh Pertamina," jelasnya.
Potensi untuk mengembangkan energi bioetanol, lanjut Bambang, cukup besar. Hanya saja, sejauh ini belum ada yang memproduksinya secara massal. Selain terkendala pada bahan baku yang terbatas, pengembangan energi bioetanol juga kerap bersaing dengan pengembangan di sektor pangan. (*)
DIKUTIP DARI TRIBUN KALTIM, KAMIS, 27 SEPTEMBER 2012