Pemerintah Tingkatkan Pengembangan Industri Karet
29 Agustus 2012
Admin Website
Artikel
5042
JAKARTA. Pemerintah terus meningkatkan sektor hilir produk karet melalui
pengembangan industri "crumb rubber" untuk meningkatkan penghasilan
petani.
"Walaupun produk karet alam Indonesia sudah banyak dimanfaatkan, komponen hilir produk karet masih perlu ditingkatkan. Saat ini, penggunaan karet untuk industri ban di Indonesia 40 persen bahan baku ban berasal dari karet alam dan 50 persen karet sintetis, sementara sisanya masih impor," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Panggah Susanto, di Jakarta, Selasa (28/8).
Indonesia, menurut Panggah, sudah mampu memproduksi butadiene sebagai bahan baku ban. Namun, sebagian besar karet alam dari petani lebih banyak yang diekspor dalam bentuk "crumb rubber" (karet kering).
"Industri hulu 'crumb rubber' di Indonesia merupakan terbanyak nomor dua di dunia. Pengembangan industri hulu karet harus ditingkatkan dengan ekstensifikasi kebun karet atau produktivitas per hektarnya," paparnya.
Pengembangan industri hulu "crumb rubber", lanjut Panggah, memiliki efisiensi yang tinggi.
"Selama ini, turunnya harga karet internasional membuat petani kecewa. Sebagian petani tidak mau menanam karet dan menggantinya dengan komoditas lain," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) harga karet dunia berada pada kisaran 2,32,6 dolar AS per kilogram (kg). Sedangkan pada Maret, harga karet dunia mencapai 3,8 dolar AS per kg.
Dengan harga karet yang diterima petani sekarang, petani tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
DIKUTIP DARI INVESTOR DAILY, SELASA, 28 AGUSTUS 2012
"Walaupun produk karet alam Indonesia sudah banyak dimanfaatkan, komponen hilir produk karet masih perlu ditingkatkan. Saat ini, penggunaan karet untuk industri ban di Indonesia 40 persen bahan baku ban berasal dari karet alam dan 50 persen karet sintetis, sementara sisanya masih impor," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Panggah Susanto, di Jakarta, Selasa (28/8).
Indonesia, menurut Panggah, sudah mampu memproduksi butadiene sebagai bahan baku ban. Namun, sebagian besar karet alam dari petani lebih banyak yang diekspor dalam bentuk "crumb rubber" (karet kering).
"Industri hulu 'crumb rubber' di Indonesia merupakan terbanyak nomor dua di dunia. Pengembangan industri hulu karet harus ditingkatkan dengan ekstensifikasi kebun karet atau produktivitas per hektarnya," paparnya.
Pengembangan industri hulu "crumb rubber", lanjut Panggah, memiliki efisiensi yang tinggi.
"Selama ini, turunnya harga karet internasional membuat petani kecewa. Sebagian petani tidak mau menanam karet dan menggantinya dengan komoditas lain," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) harga karet dunia berada pada kisaran 2,32,6 dolar AS per kilogram (kg). Sedangkan pada Maret, harga karet dunia mencapai 3,8 dolar AS per kg.
Dengan harga karet yang diterima petani sekarang, petani tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
DIKUTIP DARI INVESTOR DAILY, SELASA, 28 AGUSTUS 2012