(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Kemarau Panjang Ancam Produksi Karet

23 Juli 2009 Admin Website Artikel 4043
#img1# Pernyataan ini disampaikan Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) periode 2009-2012, Asril Sutan Amir. Asril terpilih menggantikan Daud Husni Bastari dalam Kongres XV Gapkindo di Kuta, Bali, Kamis (23/7).

"Kemarau panjang yang mengarah kepada El Nino akan membuat terjadinya dua kali gugur daun sehingga produksi karet kita menurun. Penurunan itu bisa lebih parah apabila di musim berikutnya terjadi La Nina," kata Asril.

Produksi karet nasional tahun ini diperkirakan tidak akan lebih dari 2,2 juta ton atau turun 500.000 ton dibanding tahun sebelumnya. Hingga akhir Juni lalu, produksi karet nasional baru mencapai 900.000 ton.

Turunnya tingkat produksi, kata Asril, juga diperkirakan akan diikuti dengan menurunnya tingkat ekspor karet nasional.

Namun, Gapkindo belum dapat memprediksi tingkat penurunan ekspor itu. Tahun lalu, ekspor karet mencapai 2,3 juta ton dengan pasar utama China, Amerika Serikat, dan Jepang. Sementara konsumsi karet untuk pasar dalam negeri sepanjang tahun lalu sebanyak 400.000 ton. Konsumsi karet di pasar dalam negeri tahun ini diperkirakan tidak akan lebih dari 389.000 ton.

Asril mengatakan, turunnya tingkat ekspor karet lebih dipengaruhi oleh permintaan karet di pasar global yang menurun seiring terjadinya krisis keuangan global.

"Stimulus fiskal di negara-negara importir, terutama Amerika Serikat, China, dan Jepang, diperkirakan baru ada pengaruhnya bagi permintaan karet dunia di triwulan ketiga atau keempat tahun ini. Bahkan ada perkiraan pengaruh itu baru benar-benar terasa di tahun depan," kata dia.

Untuk menopang pendapatan eksportir ataupun petani karet, Gapkindo berharap harga karet di pasaran dapat stabil atau membaik. Harga karet yang masuk akal, menurut Asril, di pasaran adalah 1,5 dollar AS per kilogramnya. "Bagi petani, harga di kisaran itu sama artinya dengan dua kilogram beras apabila nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 10.000, itu cukup baik dan membuat mereka bergairah untuk menanam karet," kata Asril.

DIKUTIP DARI KOMPAS, KAMIS, 23 JULI 2009

Artikel Terkait