(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Vietnam Masuk Kartel Karet, Produsen Waspada

15 Maret 2010 Admin Website Artikel 4957
#img1# Nah, masuknya Vietnam, diprediksi akan semakin menguatkan posisi IRCo untuk menentukan harga karet di pasar global. Produsen ban yang menjadi konsumen terbesar karet alam, yakni mencapai 70 persen, pun harus waspada.

Pasalnya, masuknya Vietnam bakal membuat IRCo menguasai 84 persen produksi karet dunia. "IRCo bakal lebih kuat dengan masuknya Vietnam," ujar Direktur IRCo Asril Sutan Amir beberapa waktu lalu.

Selama ini, meski mendominasi produksi karet dunia, IRCo belum bisa mengendalikan harga karet. Terbukti, harga karet dunia sempat anjlok ke level terendah dalam lima tahun, di tahun 2008 lalu. Penyebabnya, mengutip berita Wall Street Journal, Kamis (11/3/2010), Vietnam mengguyur pasar dengan 700.000 ton karet dan mereka menjualnya dengan harga rendah.

Tahun ini, Vietnam diperkirakan bakal memproduksi karet alam sebanyak 770.000 ton. Produksi karet negara ini meningkat hingga 39 persen dalam waktu empat tahun.

Nah, produksi Vietnam bakal melampaui produksi India yang lebih banyak memasok kebutuhan dalam negeri. Bahkan, produksi Vietnam bisa melampaui Malaysia yang saat ini menjadi produsen karet nomor tiga terbesar dunia.

Wall Street Journal juga menulis, jika Vietnam benar-benar masuk, tren harga rendah karet dunia bakal segera berlalu. Contoh saja, Thailand, produsen terbesar karet dunia, telah mematok harga karet di kisaran 2,6 dollar AS per kilogram (kg). Harga ini meningkat dua kali lipat dalam delapan bulan terakhir.

Hambatan memang masih ada. Misalnya, bagaimana mengontrol pasokan karet dari petani kecil di Vietnam. Tapi, karena 60 persen produksi karet Vietnam dikuasai perusahaan negara, pasokan tampaknya dapat dikontrol dengan mudah. Di Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagian besar karet berasal dari petani kecil.

Vietnam, bisa ikut mengontrol harga karet dunia menjadi pilihan yang menarik Apalagi, kalau bermain sendiri, mereka harus menghadapi hambatan dari negara-negara produsen lainnya.

DIKUTIP DARI KOMPAS, MINGGU, 14 MARET 2010

Artikel Terkait