Semester I, Ekspor Kakao Terjungkal 44,2%
23 Juli 2012
Admin Website
Artikel
3869
JAKARTA. Ekspor biji kakao terus menunjukkan tren penurunan dari tahun
ke tahun. Semester I tahun ini, ekspor biji kakao hanya mencapai 66.120
ton, atau turun drastis sebesar 44,2% dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
Besarnya penyerapan biji kakao oleh industri pengolahan dalam negeri menjadi penyebab utama mengendurnya kinerja ekspor biji kakao tersebut. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Firman Bakrie memproyeksikan, tahun ini ekspor biji kakao hanya mencapai 150.000 ton hingga 200.000 ton saja.
"Ini lebih rendah dibandingkan realisasi ekspor tahun lalu," kata Firman, akhir pekan lalu. Mengutip data Askindo, realisasi ekspor biji kakao tahun 2011 lalu mencapai 210.000 ton dari produksi sebanyak 450.000 ton. Meskipun tahun ini produksi biji kakao dalam negeri diperkirakan meningkat 11% menjadi 500.000 ton, namun hal tersebut belum dapat mengenjot kinerja ekspor.
Selain bertambahnya investasi di sektor pengolahan kakao, penurunan ekspor terjadi karena penerapan bea keluar (BK) ekspor biji kakao yang relatif tinggi dibandingkan produk olahannya. Perkembangan industri pengolahan kakao dalam negeri juga tercermin dari peningkatan kapasitas produksi dari 130.000 ton pada tahun 2009, menjadi 280.000 ton pada tahun 2011.
Selain itu, tambahan investasi baru yang direncanakan beroperasi pada tahun 2013 bakal meningkatkan kapasitas produksi industri pengolahan kakao menjadi 400.000 ton pada tahun 2014.
DIKUTIP DARI KONTAN, MINGGU, 22 JULI 2012
Besarnya penyerapan biji kakao oleh industri pengolahan dalam negeri menjadi penyebab utama mengendurnya kinerja ekspor biji kakao tersebut. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Firman Bakrie memproyeksikan, tahun ini ekspor biji kakao hanya mencapai 150.000 ton hingga 200.000 ton saja.
"Ini lebih rendah dibandingkan realisasi ekspor tahun lalu," kata Firman, akhir pekan lalu. Mengutip data Askindo, realisasi ekspor biji kakao tahun 2011 lalu mencapai 210.000 ton dari produksi sebanyak 450.000 ton. Meskipun tahun ini produksi biji kakao dalam negeri diperkirakan meningkat 11% menjadi 500.000 ton, namun hal tersebut belum dapat mengenjot kinerja ekspor.
Selain bertambahnya investasi di sektor pengolahan kakao, penurunan ekspor terjadi karena penerapan bea keluar (BK) ekspor biji kakao yang relatif tinggi dibandingkan produk olahannya. Perkembangan industri pengolahan kakao dalam negeri juga tercermin dari peningkatan kapasitas produksi dari 130.000 ton pada tahun 2009, menjadi 280.000 ton pada tahun 2011.
Selain itu, tambahan investasi baru yang direncanakan beroperasi pada tahun 2013 bakal meningkatkan kapasitas produksi industri pengolahan kakao menjadi 400.000 ton pada tahun 2014.
DIKUTIP DARI KONTAN, MINGGU, 22 JULI 2012