Produksi Lestari Tetap Prioritas
03 Desember 2009
Admin Website
Artikel
3883
Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa dan Menteri Pertanian Suswono seusai membuka Konferensi Minyak Sawit Indonesia (Indonesia Palm Oil Conference/IPOC) 2009 di Nusa Dua, Bali, Rabu (2/12). Turut hadir Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, Direktur Jenderal Perkebunan Deptan Achmad Mangga
Barani, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joefly J Bahroeny, dan Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Daud Dharsono.
#img1# Indonesia memiliki 7,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit dengan 2,7 juta hektar di antaranya milik rakyat. Namun, isu lingkungan tetap dominan karena pengembangan kelapa sawit sebagian besar menggunakan hutan.
Hatta Radjasa mengatakan, Indonesia mengadopsi berbagai prinsip kelestarian dalam pengelolaan sumber daya alam. "Saya yakinkan Anda, kami punya hukum dan regulasi untuk menyeimbangkan aspek ekonomi dan
sosial dengan isu lingkungan dalam mengembangkan industri (CPO) ini," kata Hatta dalam konferensi yang dihadiri 165 peserta dari 13 negara .
Indonesia merupakan produsen CPO terbesar dengan volume 19,2 juta ton tahun 2009. Indonesia mengekspor 16 juta ton CPO tahun 2008 dengan nilai 12,4 miliar dollar AS.
Suswono menambahkan, pemerintah telah menerbitkan izin prinsip perkebunan kelapa sawit seluas 9,7 juta hektar dengan 1,8 juta hektar di antaranya belum ditanami. Menurut Suswono, Indonesia memiliki potensi lahan kelapa sawit sesuai keadaan iklim seluas 18 juta hektar.
"Tetapi pemanfatannya tetap harus disesuaikan dengan tata ruang. Tidak mungkin (pembangunan kelapa sawit) mengabaikan lingkungan," ujar Suswono.
Menurut Bayu, pemerintah terus mendorong pelaku usaha mengembangkan bisnis hulu dan hilir CPO. Pemerintah menyiapkan lima kawasan industri terpadu di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua untuk mengakselerasi pertumbuhan agroindustri.
Peranan kelapa sawit kini membesar dalam perekonomian nasional. Tidak hanya dari sisi nilai ekspor, tetapi juga dari kemampuannya menyerap sedikitnya 3 juta tenaga kerja langsung.
Joefly mengatakan, pertumbuhan pangsa pasar CPO yang agresif, kini 33 persen, dari minyak nabati lain karena harga murah menjadi peluang bagi Indonesia. Pembangunan kelapa sawit yang lestari tentu dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru.
Indonesia kini memasok 47 persen CPO dunia. Bersama Malaysia, Indonesia menguasai 85 persen pasar CPO dunia.
DIKUTIP DARI KOMPAS, RABU, 2 DESEMBER 2009