Pengusaha dan Pemerintah Beda Pendapat Soal Produksi Kakao
10 Januari 2012
Admin Website
Artikel
4414
JAKARTA. Pengusaha dan pemerintah masih beda pendapat soal data produksi biji
kakao tahun 2011. Pemerintah mengklaim produksi kakao lebih tinggi
dibandingkan dengan klaim pengusaha.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Gamal Nasir meragukan data produksi Kakao dari Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo).
"Askindo merilis produksi kakao Indonesia tahun ini hanya 450.000 ton saja, saya ragu sepertinya produksi itu hanya untuk Sulawesi saja, tidak secara nasional," kata Gamal, di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (9/1/2011).
Berdasarkan data yang didapatnya seluruh kepala dinas di Indonesia, produksi kakao di 2011 berkisar 712.000 ton dari 1,67 juta hektare lahan perkebunan.
Memang, produksi kakao tahun tidak tumbuh signifikan, pihaknya berdalih akibat serangan OPT, anomali cuaca dan lainnya menggerus produksi kakao.
"Kita dihadang beberapa kendala dalam pengembangan kakao antara lain, rendahnya produktivitas tanaman karena serangan OPT di sentra produksi, banyaknya tanaman tua/rusak, terbatasnya infrastruktur dan rendahnya mutu kakao," ungkap Gamal.
Ditambahkan Gamal, atas dasar tersebut dan mendorong produksi kakao lebih tinggi lagi, Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) dilakukan.
"Target gernas untuk melakukan perbaikan tanaman seluas 450.000 hektare yang dilaksanakan sejak 2009-2011. Namun dengan berbagai kendala yang dihadapi, target Gernas kakao sampai dengan 2011 dikoreksi menjadi 322.763 hektare," ungkapnya.
Selain itu, kata Gamal, pada 2011, Gernas kakao ditargetkan seluas 186.500 hektar yang terdiri atas peremajaan 49.500 hektar, rahabilitasi 74.200 hektar dan intensifikasi 62.800 hektar. Diperkirakan capaian sampai dengan tahun 2011 sebesar 158.235 hektar atau sudah 84,84% yang meliputi peremajaan 40.360 hektar, rahabilitasi 58.672 hektar dan intensifikasi 59.203 hektar.
"Untuk tahun ini luasan Gernas juga sudah dilakukan di 25 provinsi yang awalnya 4-9 provinsi di Sulawesi saat ini sudah meluas. Asumsinya lahan kakao tidak hanya di Sulawesi, karena program ini baik, tiap daerah pun meminta, jangan hanya terfokus di Sulawesi saja," ujar Gamal.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Kakao Indonesia, Zulhefi Sikumbang mengatakan, produksi kakao nasional Indonesia pada 2012 diprediksi akan mencapai 500.000 ton.
"Jumlah ini naik 10% dari tahun 2011 yakni hanya 450.000 ton. Namun walau naik, produksi kakao Indonesia masih tercatat anjlok karena pada 2010 produksi Indonesia mencapai 575.000 ton," kata Zulhefi kepada detikFinance
Dalam beberapa tahun terakhir, kata Zulhefi, produksi kakao petani sering terhambat cuaca (anomali cuaca) yang menyebabkan serangan hama makin dahsyat dan membuat pohon kakao berbuah sedikit.
"Selain anomali, program pemerintah (Gerakan Nasional Kakao) yang membagikan bibit kakao jenis Sumantik Embrio (SE) ke petani yang tanpa uji coba dahulu, dan ternyata hasilnya gagal, banyak tanaman mati, buahnya sedikit dan petani sendiri banyak yang menolak," ujarnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 9 JANUARI 2012
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Gamal Nasir meragukan data produksi Kakao dari Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo).
"Askindo merilis produksi kakao Indonesia tahun ini hanya 450.000 ton saja, saya ragu sepertinya produksi itu hanya untuk Sulawesi saja, tidak secara nasional," kata Gamal, di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (9/1/2011).
Berdasarkan data yang didapatnya seluruh kepala dinas di Indonesia, produksi kakao di 2011 berkisar 712.000 ton dari 1,67 juta hektare lahan perkebunan.
Memang, produksi kakao tahun tidak tumbuh signifikan, pihaknya berdalih akibat serangan OPT, anomali cuaca dan lainnya menggerus produksi kakao.
"Kita dihadang beberapa kendala dalam pengembangan kakao antara lain, rendahnya produktivitas tanaman karena serangan OPT di sentra produksi, banyaknya tanaman tua/rusak, terbatasnya infrastruktur dan rendahnya mutu kakao," ungkap Gamal.
Ditambahkan Gamal, atas dasar tersebut dan mendorong produksi kakao lebih tinggi lagi, Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) dilakukan.
"Target gernas untuk melakukan perbaikan tanaman seluas 450.000 hektare yang dilaksanakan sejak 2009-2011. Namun dengan berbagai kendala yang dihadapi, target Gernas kakao sampai dengan 2011 dikoreksi menjadi 322.763 hektare," ungkapnya.
Selain itu, kata Gamal, pada 2011, Gernas kakao ditargetkan seluas 186.500 hektar yang terdiri atas peremajaan 49.500 hektar, rahabilitasi 74.200 hektar dan intensifikasi 62.800 hektar. Diperkirakan capaian sampai dengan tahun 2011 sebesar 158.235 hektar atau sudah 84,84% yang meliputi peremajaan 40.360 hektar, rahabilitasi 58.672 hektar dan intensifikasi 59.203 hektar.
"Untuk tahun ini luasan Gernas juga sudah dilakukan di 25 provinsi yang awalnya 4-9 provinsi di Sulawesi saat ini sudah meluas. Asumsinya lahan kakao tidak hanya di Sulawesi, karena program ini baik, tiap daerah pun meminta, jangan hanya terfokus di Sulawesi saja," ujar Gamal.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Kakao Indonesia, Zulhefi Sikumbang mengatakan, produksi kakao nasional Indonesia pada 2012 diprediksi akan mencapai 500.000 ton.
"Jumlah ini naik 10% dari tahun 2011 yakni hanya 450.000 ton. Namun walau naik, produksi kakao Indonesia masih tercatat anjlok karena pada 2010 produksi Indonesia mencapai 575.000 ton," kata Zulhefi kepada detikFinance
Dalam beberapa tahun terakhir, kata Zulhefi, produksi kakao petani sering terhambat cuaca (anomali cuaca) yang menyebabkan serangan hama makin dahsyat dan membuat pohon kakao berbuah sedikit.
"Selain anomali, program pemerintah (Gerakan Nasional Kakao) yang membagikan bibit kakao jenis Sumantik Embrio (SE) ke petani yang tanpa uji coba dahulu, dan ternyata hasilnya gagal, banyak tanaman mati, buahnya sedikit dan petani sendiri banyak yang menolak," ujarnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 9 JANUARI 2012