Pengusaha Belgia Angkat Cokelat Indonesia
28 Desember 2011
Admin Website
Artikel
4647
JAKARTA. Indonesia merupakan negara penghasil biji kakao
terbesar ketiga di dunia. Sayang, buruknya kualitas kakao Indonesia
berdampak pada produk olahan kakao, yakni cokelat.
Namun citra itu mulai berubah seiring dengan diterapkannya bea keluar ekspor biji kakao untuk hilirisasi industri. Kebijakan ini sekaligus berdampak pada meningkatkan kualitas kakao olahan Indonesia.
Hal tersebut diakui pengusaha cokelat asal Belgia Thierry Detournay ketika hendak mengembangkan bisnis di Indonesia.
"Ketika saya mulai membuat cokelat di Indonesia, saya menyadari tidak ada cokelat yang bagus," ujar Thierry seperti dikutip dari Reuters, Selasa (26/12).
Melalui merek cokelat Monggo yang dikembangkan, ia berusaha mengubah citra kualitas cokelat Indonesia menjadi lebih baik. Sekarang, tujuh tahun setelah peluncuran, cokelat Monggo sudah banyak ditemukan di mal raksasa dan pusat perbelanjaan di Jakarta.
Bisa dibilang, Detournay menjadi Willy Wonka versi Indonesia dan membawa Indonesia sebagai pemimpin pasar cokelat berkualitas di Asia.
Berbasis di Kota Yogyakarta, perusahaannya mempekerjakan 50 orang dengan sumber biji kakao dari Jawa, Sumatra, dan Sulawesi dengan produksi 750.000 batang cokelat per bulan.
Berdasarkan data, konsumsi cokelat di Indonesia pada tahun ini baru 0,2 kg per orang. Ini jauh lebih sedikit dibanding konsumsi cokelat di Malaysia yang sebesar 0,6 kg per orang dan Eropa 10 kg per orang.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, RABU, 28 DESEMBER 2011
Namun citra itu mulai berubah seiring dengan diterapkannya bea keluar ekspor biji kakao untuk hilirisasi industri. Kebijakan ini sekaligus berdampak pada meningkatkan kualitas kakao olahan Indonesia.
Hal tersebut diakui pengusaha cokelat asal Belgia Thierry Detournay ketika hendak mengembangkan bisnis di Indonesia.
"Ketika saya mulai membuat cokelat di Indonesia, saya menyadari tidak ada cokelat yang bagus," ujar Thierry seperti dikutip dari Reuters, Selasa (26/12).
Melalui merek cokelat Monggo yang dikembangkan, ia berusaha mengubah citra kualitas cokelat Indonesia menjadi lebih baik. Sekarang, tujuh tahun setelah peluncuran, cokelat Monggo sudah banyak ditemukan di mal raksasa dan pusat perbelanjaan di Jakarta.
Bisa dibilang, Detournay menjadi Willy Wonka versi Indonesia dan membawa Indonesia sebagai pemimpin pasar cokelat berkualitas di Asia.
Berbasis di Kota Yogyakarta, perusahaannya mempekerjakan 50 orang dengan sumber biji kakao dari Jawa, Sumatra, dan Sulawesi dengan produksi 750.000 batang cokelat per bulan.
Berdasarkan data, konsumsi cokelat di Indonesia pada tahun ini baru 0,2 kg per orang. Ini jauh lebih sedikit dibanding konsumsi cokelat di Malaysia yang sebesar 0,6 kg per orang dan Eropa 10 kg per orang.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, RABU, 28 DESEMBER 2011