Masyarakat Kaltim Diimbau Tidak Membakar Lahan
25 Mei 2012
Admin Website
Artikel
3707
SAMARINDA. Masyarakat Kaltim, terutama perusahaan
perkebunan diimbau tidak membuka lahan pada bulan Juni hingga Oktober
2012 dengan cara membakar lahan. Hal itu, karena pada Juni hingga
Oktober 2012 di Wilayah Kalimantan, termasuk Kaltim memasuki musim
kemarau. Tindakan tersebut dilakukan, agar masyarakat Kaltim dapat
mencegah pada saat cuaca ektrim, yakni yang biasa disebut Elnino dan
Lanina. Karena itu, masyarakat yang membuka lahan dan kebun diimbau
tidak dengan cara membakar.
"Dampak tersebut tentu tidak akan terkendali, jika hal itu terjadi. Bahkan, apabila terjadi, maka kebakaran akan menyebar cepat di sekitar lahan tersebut. Bahayanya, kebakaran dapat berimbas terhadap permukiman masyarakat," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim, H Riza Indra Riadi, ditemui di Kantor BLH Kaltim, Jalan MT Haryono, Samarinda, Kamis (24/5).
Pernyataan ini, sesuai hasil kegiatan yang diikuti Riza, pada 13th Of The Sub-Regional Ministrid Steering Committee (MSC) OnHaze dary Transboten Pollution di Brunei Darusalam 7-9 Mei 2012.
Menurut dia, dampak tersebut bisa saja terjadi pada hutan konservasi, hutan yang digunakan untuk perkebunan atau Hutan Areal Penggunaan Lain (APL). Bahkan, tidak menutup kemungkinan bisa menyebar pada Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK).
Kebakaran tersebut, lanjut dia, bukan hanya disebakan dari perbuatan manusia, tapi bisa juga dengan adanya gesekan kayu yang kering di kawasan hutan tersebut. Karena itu, pengusaha perkebunan dan kehutanan diharapkan dapat berhati-hati dalam mengelola lahan tersebut.
Bahkan, masyarakat yang melintasi kawasan Bukit Soeharto diharapkan dapat berhati-hati dan tidak membuang puntung rokok sembarangan, pada saat Juni hingga Oktober 2012.
"Dari puntung rokok tersebut sangat cepat penyebaran api di kawasan hutan, jika terkena daun dan kayu yang kering. Karena itu, jika melintasi kawasan Bukit Soeharto diyakinkan apabila membuang puntung rokok benar-benar apinya sudah mati," tegasnya.
Dijelaskan Riza, pada saat kegiatan di Brunai, peserta yang diikuti Menteri-Menteri Lingkungan Hidup dan Delegasi Negara dari Brunai Darusalam, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand, sepakat untuk segera memaksimalkan usaha-usaha pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang polusinya dapat mencapai batas-batas Negara pada bulan kering tersebut.
"Hasil pertemuan ini, memutuskan agar para Menteri MSC dapat sesering mungkin melakukan monitoring hotspot-hotspot dan kondisi cuaca, sehingga dapat melakukan langkah sedini mungkin untuk pencegahan kebakaran hutan," jelasnya.(jay/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
"Dampak tersebut tentu tidak akan terkendali, jika hal itu terjadi. Bahkan, apabila terjadi, maka kebakaran akan menyebar cepat di sekitar lahan tersebut. Bahayanya, kebakaran dapat berimbas terhadap permukiman masyarakat," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim, H Riza Indra Riadi, ditemui di Kantor BLH Kaltim, Jalan MT Haryono, Samarinda, Kamis (24/5).
Pernyataan ini, sesuai hasil kegiatan yang diikuti Riza, pada 13th Of The Sub-Regional Ministrid Steering Committee (MSC) OnHaze dary Transboten Pollution di Brunei Darusalam 7-9 Mei 2012.
Menurut dia, dampak tersebut bisa saja terjadi pada hutan konservasi, hutan yang digunakan untuk perkebunan atau Hutan Areal Penggunaan Lain (APL). Bahkan, tidak menutup kemungkinan bisa menyebar pada Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK).
Kebakaran tersebut, lanjut dia, bukan hanya disebakan dari perbuatan manusia, tapi bisa juga dengan adanya gesekan kayu yang kering di kawasan hutan tersebut. Karena itu, pengusaha perkebunan dan kehutanan diharapkan dapat berhati-hati dalam mengelola lahan tersebut.
Bahkan, masyarakat yang melintasi kawasan Bukit Soeharto diharapkan dapat berhati-hati dan tidak membuang puntung rokok sembarangan, pada saat Juni hingga Oktober 2012.
"Dari puntung rokok tersebut sangat cepat penyebaran api di kawasan hutan, jika terkena daun dan kayu yang kering. Karena itu, jika melintasi kawasan Bukit Soeharto diyakinkan apabila membuang puntung rokok benar-benar apinya sudah mati," tegasnya.
Dijelaskan Riza, pada saat kegiatan di Brunai, peserta yang diikuti Menteri-Menteri Lingkungan Hidup dan Delegasi Negara dari Brunai Darusalam, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand, sepakat untuk segera memaksimalkan usaha-usaha pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang polusinya dapat mencapai batas-batas Negara pada bulan kering tersebut.
"Hasil pertemuan ini, memutuskan agar para Menteri MSC dapat sesering mungkin melakukan monitoring hotspot-hotspot dan kondisi cuaca, sehingga dapat melakukan langkah sedini mungkin untuk pencegahan kebakaran hutan," jelasnya.(jay/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM