Harga Karet Merosot
08 Maret 2011
Admin Website
Artikel
4445
SENDAWAR - Petani karet di Kubar dalam dua pekan ini
harus menelan pil pahit. Pasalnya, harga karet terus merosot. Hingga
Minggu (6/3) kemarin harga karet Rp 12 ribu per kg. Sebelumnya sempat
bertahan Rp 15 ribu per kg, dan sebulan lalu sempat hingga Rp 17 ribu
per kg.
Ali, petani karet Kampung Sekolaq Joleq, Kecamatan Sekolaq Darat berharap, pemerintah bisa mencarikan solusi soal harga karet yang menurun. “Kalau petani harus menjual dengan harga yang murah, untungnya tidak seberapa,” keluh Ali kepada harian ini, Senin (7/3) kemarin.
Keluhan Ali ini diamini sejumlah petani lainnya. Seperti Rudy, petani karet di Kampung Sempan, Kecamatan Damai. Di wilayahnya, harga karet malah Rp 10 ribu per kg.
Terpisah, Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar, Rinatang mengatakan, turunnya harga karet karena stok karet di luar negeri sangat melimpah. Akibatnya, meski stok karet dikirim ke luar negeri namun pembeli luar negeri terkendala pembayaran karet kepada pabrik di Banjarmasin-Kalimantan Selatan dan pabrik di Mojokerto- Jawa Timur. Kendala ini, memberi dampak pembayaran dari pabrik ke pengumpul karet di Kubar.
“Dengan dana yang tidak tersedia cukup banyak, pabrik tidak membeli karet petani dalam jumlah banyak. Konsekuensinya, pabrik harus memberi karet murah jika tetap pihak Kubar mengirimkan atau menjualnya,” ungkap Rinatang kepada harian ini, Sabtu (5/3).
Dia menyebutkan, Asosiasi Penampung Karet Kubar mengirim karet ke pabrik sebanyak 120 ton per minggu. Karet yang dikumpul dari petani karet di Kubar ini diangkut menggunakan 10 sampai 12 truk ke pabrik di Banjarmasin atau Mojokerto.
Rinatang mengatakan, di Kubar sebenarnya sudah ada pabrik karet di Kampung Mencimai, Kecamatan Barong Tongkok. Namun yang menjadi kendala, karet hasil panen petani di Kubar, tidak mampu mencukupi kapasitas pabrik. Sehingga jika dijalankan, tidak mencukupi biaya operasional. Upaya lain, harus ada lahan perkebunan tersendiri di Kubar.
Rinatang juga menjelaskan, turunnya harga karet tidak ada kaitan dengan Pilkada Kubar. “Ada yang mengisukan, ketika menjelang Pilkada harga karet naik, setelah Pilkada diturunkan demi kepentingan calon tertentu,” ujarnya.
Dengan turunnya harga karet ini, Rinatang mengimbau, agar para petani bisa mengatur penjualan getah karet yang ditores atau dipanen. Jika harga karet mulai stabil, baru dijual kembali.
Menanggapi keluhan warga ada pembeli karet yang mempermainkan timbangan, Rinatang menyarankan petani menyiapkan alat timbangan sendiri. “Cara ini sudah dilakukan petani karet di Kampung Linggang Melapeh Kecamatan Linggang Bigung,” katanya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 8 MARET 2011
Ali, petani karet Kampung Sekolaq Joleq, Kecamatan Sekolaq Darat berharap, pemerintah bisa mencarikan solusi soal harga karet yang menurun. “Kalau petani harus menjual dengan harga yang murah, untungnya tidak seberapa,” keluh Ali kepada harian ini, Senin (7/3) kemarin.
Keluhan Ali ini diamini sejumlah petani lainnya. Seperti Rudy, petani karet di Kampung Sempan, Kecamatan Damai. Di wilayahnya, harga karet malah Rp 10 ribu per kg.
Terpisah, Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar, Rinatang mengatakan, turunnya harga karet karena stok karet di luar negeri sangat melimpah. Akibatnya, meski stok karet dikirim ke luar negeri namun pembeli luar negeri terkendala pembayaran karet kepada pabrik di Banjarmasin-Kalimantan Selatan dan pabrik di Mojokerto- Jawa Timur. Kendala ini, memberi dampak pembayaran dari pabrik ke pengumpul karet di Kubar.
“Dengan dana yang tidak tersedia cukup banyak, pabrik tidak membeli karet petani dalam jumlah banyak. Konsekuensinya, pabrik harus memberi karet murah jika tetap pihak Kubar mengirimkan atau menjualnya,” ungkap Rinatang kepada harian ini, Sabtu (5/3).
Dia menyebutkan, Asosiasi Penampung Karet Kubar mengirim karet ke pabrik sebanyak 120 ton per minggu. Karet yang dikumpul dari petani karet di Kubar ini diangkut menggunakan 10 sampai 12 truk ke pabrik di Banjarmasin atau Mojokerto.
Rinatang mengatakan, di Kubar sebenarnya sudah ada pabrik karet di Kampung Mencimai, Kecamatan Barong Tongkok. Namun yang menjadi kendala, karet hasil panen petani di Kubar, tidak mampu mencukupi kapasitas pabrik. Sehingga jika dijalankan, tidak mencukupi biaya operasional. Upaya lain, harus ada lahan perkebunan tersendiri di Kubar.
Rinatang juga menjelaskan, turunnya harga karet tidak ada kaitan dengan Pilkada Kubar. “Ada yang mengisukan, ketika menjelang Pilkada harga karet naik, setelah Pilkada diturunkan demi kepentingan calon tertentu,” ujarnya.
Dengan turunnya harga karet ini, Rinatang mengimbau, agar para petani bisa mengatur penjualan getah karet yang ditores atau dipanen. Jika harga karet mulai stabil, baru dijual kembali.
Menanggapi keluhan warga ada pembeli karet yang mempermainkan timbangan, Rinatang menyarankan petani menyiapkan alat timbangan sendiri. “Cara ini sudah dilakukan petani karet di Kampung Linggang Melapeh Kecamatan Linggang Bigung,” katanya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 8 MARET 2011