Harga Karet Anjlok, Petani Syok
28 Februari 2011
Admin Website
Artikel
11471
SENDAWAR - Ribuan petani karet di Kutai Barat (Kubar)
syok setelah sebulan terakhir ini harga getah karet terus turun. Jika
sebelumnya harga sempat meroket Rp 15 ribu sampai Rp 17 ribu per
kilogram, kini anjlok menjadi Rp 13 ribu per kilogram.
Turunnya harga karet ini menjadi pertanyaan petani. Bahkan mereka menduga ada permainan tengkulak/pembeli karet di sini. “Makanya kami mempertanyakan kepada pemerintah, apakah turunnya harga karet ini bukan karena permainan tengkulak,” ungkap Drikon, warga Kampung Balok Asa, Kecamatan Barong Tongkok kepada harian ini, dua hari lalu.
Dia mengaku mendapat informasi harga karet kini turun di kisaran Rp 15 ribu per kilogram. Hal serupa dikatakan Sanusi warga Kampung Melapeh Baru, Kecamatan Linggang Bigung. Menurut dia, penurunan harga karet ini harus disikapi serius oleh pemerintah.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan Perikanan dan Peternakan Kubar Achmad Sofyan mengungkapkan, secara umum harga karet dunia belum ada penurunan. Namun dia tidak menampik, harga karet di Kubar bisa saja turun karena beberapa hal.
Di antaranya pembeli karet dihadapkan pada permintaan, penawaran, stok (cadangan) melimpah, dan cuaca. “Inilah yang bisa mempengaruhi turunnya harga karet,” kata Achmad Sofyan, sembari menyebutkan, panen getah karet setahun berkisar 29.000 ton per tahun atau di kisaran 2.000 ton per bulan.
Seperti saat ini, kata dia, putusnya jalan trans-Kalimantan sebagai lintasan angkutan karet dari Kubar ke pabrik di Banjarmasin, Kalimantan Selatan juga memberikan pengaruh. Yang paling penting sekarang, tambahnya, petani harus menjaga kualitas getah karet yang dipanen. Di samping itu, bisa mencari pembeli karet yang memberi harga tinggi.
“Cara-cara itu bisa dilakukan. Kalaupun masih tetap turun, petani harus berani menyetok sembari menunggu harga jual yang baik,” sarannya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 28 PEBRUARI 2011
Turunnya harga karet ini menjadi pertanyaan petani. Bahkan mereka menduga ada permainan tengkulak/pembeli karet di sini. “Makanya kami mempertanyakan kepada pemerintah, apakah turunnya harga karet ini bukan karena permainan tengkulak,” ungkap Drikon, warga Kampung Balok Asa, Kecamatan Barong Tongkok kepada harian ini, dua hari lalu.
Dia mengaku mendapat informasi harga karet kini turun di kisaran Rp 15 ribu per kilogram. Hal serupa dikatakan Sanusi warga Kampung Melapeh Baru, Kecamatan Linggang Bigung. Menurut dia, penurunan harga karet ini harus disikapi serius oleh pemerintah.
Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan Perikanan dan Peternakan Kubar Achmad Sofyan mengungkapkan, secara umum harga karet dunia belum ada penurunan. Namun dia tidak menampik, harga karet di Kubar bisa saja turun karena beberapa hal.
Di antaranya pembeli karet dihadapkan pada permintaan, penawaran, stok (cadangan) melimpah, dan cuaca. “Inilah yang bisa mempengaruhi turunnya harga karet,” kata Achmad Sofyan, sembari menyebutkan, panen getah karet setahun berkisar 29.000 ton per tahun atau di kisaran 2.000 ton per bulan.
Seperti saat ini, kata dia, putusnya jalan trans-Kalimantan sebagai lintasan angkutan karet dari Kubar ke pabrik di Banjarmasin, Kalimantan Selatan juga memberikan pengaruh. Yang paling penting sekarang, tambahnya, petani harus menjaga kualitas getah karet yang dipanen. Di samping itu, bisa mencari pembeli karet yang memberi harga tinggi.
“Cara-cara itu bisa dilakukan. Kalaupun masih tetap turun, petani harus berani menyetok sembari menunggu harga jual yang baik,” sarannya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 28 PEBRUARI 2011