Harga CPO Stabil sampai Tahun Depan
28 Juli 2009
Admin Website
Artikel
7078
Menurut Vice President Head of Commodity Support Group Rabobank International Indonesia Kussujanarko di Medan, Senin (27/7), setelah fenomena commodity bubble akhir tahun lalu, yang melambungkan beberapa harga komoditas seperti crude palm oil (CPO) dan karet, tetapi terjadi penurunan harga komoditas secara drastis, saat ini mulai tercapai stabilitas harga atas berbagai komoditas tersebut.
"Sekarang semua (harga komoditas) hampir normal kembali, meski volumenya tidak sebesar saat terjadi commodity bubble," ujar Kussujanarko.
Dia mengungkapkan, krisis akibat commodity bubble sempat menurunkan harga hingga 50 persen. Harga CPO yang sempat menembus level 1.340 dollar AS perton pada bulan Februari 2008, tiba-tiba menurun drastis hingga menyentuh level 485 dollar AS perton pada bulan Oktober. Demikian halnya harga karet alam SIR 20 yang sempat mencapai 3260 dollar AS per ton pada Juli 2008, turun hingga 1.300 dollar AS pada Januari 2009.
"Saat ini harga CPO memang cukup stabil di level 400-600 dollar AS per ton. Tetapi sepertinya tidak mungkin lagi harga CPO bisa mencapai 1.340 dollar AS seperti pada saat terjadi fenomena commodity bubble," katanya.
Kussujanarko mengatakan, untuk komoditas seperti kakao, karet alam dan kopi, bahkan diprediksi harganya akan terus naik hingga tahun depan. Sebab permintaan terhadap ketiga komoditi ini tetap tinggi, sementara suplainya masih tetap dari negara itu-itu saja, katanya.
Khusus untuk CPO, Kussujanarko mengungkapkan, harga hingga tahun depan masih cenderung tetap. Meski ada upaya pengembangan industri hilir CPO pada beberapa daerah penghasil minyak kelapa sawit di Indonesia. "Nilai tambah industri hilir kalau diekspor masih lebih bagus raw material-nya," kata Kussujanarko.
Namun menurut dia, bagi kalangan perbankan, pembiayaan di sektor komoditas masih cukup menarik. "Siapa pun masih tetap butuh pangan, jadi bagi perbankan, pembiayaan di sektor food and agricultural ini masih tetap menarik dalam waktu-waktu yang akan datang," katanya.
Khusus untuk Indonesia, sektor komoditas memang sangat menjanjikan, mengingat beberapa komoditas termasuk pemimpin pasar internasional. Indonesia misalnya, telah menjadi penghasil CPO, lada dan kayu manis terbesar di dunia. Untuk karet alam, Indonesia merupakan penghasil terbesar nomor tiga setelah Thailand dan Vietnam. Sedangkan kopi, baik robusta maupun arabika, Indonesia menjadi penghasil terbesar keempat setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia.
Masih menariknya sektor komoditas dalam persaingan bisnis pembiayaan, menurut Vice President Head of Corporate Marketing and Communications Rabobank International Indonesia Kartina Sury, membuat perusahaannya semakin optimistis memberikan porsi pembiayaan di sektor ini. Kartina mengatakan, outstanding credit Rabobank Indonesia hingga Juni 2009 mencapai 229 juta dollar AS. Kartina menuturkan, untuk pembiayaan komoditas di sektor ritel, Rabobank bahkan telah mencatatkan nilai hingga 55 juta dollar AS, meski bank ini belum lagi bermain di sektor ritel.
DIKUTIP DARI KOMPAS,SENIN, 27 JULI 2009