Dituding Gagal, Program Gernas Kakao Tetap Lanjut di 2012
09 Januari 2012
Admin Website
Artikel
3886
JAKARTA. Setelah tiga tahun berjalan, pemerintah
menganggap Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas
Kakao) sukses dan tetap akan dilanjutkan di 2012.
"Memang ada tudingan Gernas Kakao gagal bahkan sudah keluar dari tujuan awalnya, namun dari datang yang kami himpun didaerah yang di tetepkan Gernas, hasilnya memuaskan," kata Dirjen Perkebunan Gamal Nasir, pada konferensi pencapaian Kinerja Tahunan 2011 dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (9/1/2012).
Ia mencontohkan dari laporan Bupati Goa, hasil biji Kakao besar-besar dan diterima petani. "Memang kami akui tidak semua bibit kakao yang diberikan hasilnya tidak bagus, tapi persentasenya sangat kecil, ya paling hanya 5% saja, tapi yang berhasil jumlahnya sangat banyak," ujarnya.
Gemal mengakui produksi kakao tidak naik signifikan bahkan cenderung menurun, walaupun Gernas sudah berjalan sejak 2009-2011. "Gernas kakao kan ditujukan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat melalui intensifikasi, peremajaan dan rehabilitasi tanaman serta meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola kebunnya, tapikan perlu proses, kakao yang ditanam baru menghasilkan sekitar 4 tahun, jadi kita tunggulan hasilnya 2-3 tahun lagi," katanya.
Bahkan Gamal optimis, dengan diperpanjang program ini, target 2013-2014 produksi kakao Indonesia mampu mencapai 1 juta ton/tahun. "Kita perpanjang program Gernas tersebut, di 2012 ini ada sekitar dana Rp 500 miliar, target kita 2-3 tahun lagi produksi kakao akan dapat mencapai 1 juta ton/tahun," ujarnya.
Sebelumnya Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Zulhefi Sikumbang, mengatakan program Gernas Kakao yang selama 3 tahun ini gagal total.
"Gimana mau berhasil, awal pembagian bibit SE tanpa dilakukan uji coba oleh pemerintah, langsung dipakai dari bibit yang dikeluarkan Nestle dari Paris dan tidak ada sosialisasi ke petani, jadi sejak awal sistemnya sudah salah, karena orientasinya hanya kepada proyek, yakni petani suruh tanam dan harapannya produksi melonjak," jelasnya.
Menurut Zulhefi, menambahkan seharusnya pemerintah uji coba dahulu, jika berhasil, sosialisasikan ke petani dan didampingi, baik cara menanam bibit ini, mengolahnya dan sampai produksi.
"Itu yang bener, jangan orientasinya pada proyek. Kalau kondisinya seperti sekarang ini, petani yang rugi besar," tandas Zulhefi.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 9 JANUARI 2011
"Memang ada tudingan Gernas Kakao gagal bahkan sudah keluar dari tujuan awalnya, namun dari datang yang kami himpun didaerah yang di tetepkan Gernas, hasilnya memuaskan," kata Dirjen Perkebunan Gamal Nasir, pada konferensi pencapaian Kinerja Tahunan 2011 dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (9/1/2012).
Ia mencontohkan dari laporan Bupati Goa, hasil biji Kakao besar-besar dan diterima petani. "Memang kami akui tidak semua bibit kakao yang diberikan hasilnya tidak bagus, tapi persentasenya sangat kecil, ya paling hanya 5% saja, tapi yang berhasil jumlahnya sangat banyak," ujarnya.
Gemal mengakui produksi kakao tidak naik signifikan bahkan cenderung menurun, walaupun Gernas sudah berjalan sejak 2009-2011. "Gernas kakao kan ditujukan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat melalui intensifikasi, peremajaan dan rehabilitasi tanaman serta meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola kebunnya, tapikan perlu proses, kakao yang ditanam baru menghasilkan sekitar 4 tahun, jadi kita tunggulan hasilnya 2-3 tahun lagi," katanya.
Bahkan Gamal optimis, dengan diperpanjang program ini, target 2013-2014 produksi kakao Indonesia mampu mencapai 1 juta ton/tahun. "Kita perpanjang program Gernas tersebut, di 2012 ini ada sekitar dana Rp 500 miliar, target kita 2-3 tahun lagi produksi kakao akan dapat mencapai 1 juta ton/tahun," ujarnya.
Sebelumnya Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Zulhefi Sikumbang, mengatakan program Gernas Kakao yang selama 3 tahun ini gagal total.
"Gimana mau berhasil, awal pembagian bibit SE tanpa dilakukan uji coba oleh pemerintah, langsung dipakai dari bibit yang dikeluarkan Nestle dari Paris dan tidak ada sosialisasi ke petani, jadi sejak awal sistemnya sudah salah, karena orientasinya hanya kepada proyek, yakni petani suruh tanam dan harapannya produksi melonjak," jelasnya.
Menurut Zulhefi, menambahkan seharusnya pemerintah uji coba dahulu, jika berhasil, sosialisasikan ke petani dan didampingi, baik cara menanam bibit ini, mengolahnya dan sampai produksi.
"Itu yang bener, jangan orientasinya pada proyek. Kalau kondisinya seperti sekarang ini, petani yang rugi besar," tandas Zulhefi.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 9 JANUARI 2011