Dikeluhkan Pemindahan Pelabuhan Ekspor CPO
14 April 2012
Admin Website
Artikel
4145
JAKARTA. Pelaku usaha dan
pengekspor minyak kelapa sawit (CPO) keberatan jika pemerintah
memindahkan basis pelabuhan ekspor dari Rotterdam, Belanda, ke Turki dan
dua negara Eropa Timur.
"Produsen kelapa sawit menilai pasar Eropa Barat atau pasar tradisional belum mengalami penurunan permintaan meski ke depan industri harus melebarkan pasarnya hingga Eropa Timur, Afrika, dan Timur Tengah," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan di Jakarta, Jumat (13/4).
Menurut dia, pasar tradisional CPO di Eropa dan beberapa negara Eropa Tengah masih cukup besar. Oleh karena itu, mereka menilai Pemerintah belum perlu memindahkan basis pelabuhan ekspor dari sana. "Saat ini belum ada penurunan permintaan dari wilayah tersebut meski di kawasan itu mengalami perlambatan ekonomi," ujarnya.
Indonesia, lanjut Fadhil, sudah puluhan tahun mengekspor CPO melalui pelabuhan Rotterdam. Oleh karena itu, pelaku usaha keberatan jika pemerintah berusaha mengubah basis pelabuhan ekspor dari Rotterdam, Belanda ke Turki, Serbia, dan Jerman.
"Yang menjadi pertanyaan, apakah 'refinery' atau pengolahan di tiga negara itu cukup besar atau tidak? Hal ini disebabkan beberapa perusahaan seperti Wilmar memiliki 'refinery' sendiri di Rotterdam dan faktor biaya patut dipertimbangkan karena saat ini biaya ke Rotterdam juga tidak terlalu mahal," paparnya.
Fadhil mengatakan bahwa pelaku usaha memang berencana untuk melakukan diversifikasi, tetapi tanpa perlu meninggalkan pasar lama.
"Negara-negara yang menjadi tujuan utama diversifikasi ialah negara Eropa Timur, misalnya Polandia, Serbia, dan negara-negara Mediterania, seperti Turki dan Iran," tuturnya.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, JUMAT, 13 APRIL 2012
"Produsen kelapa sawit menilai pasar Eropa Barat atau pasar tradisional belum mengalami penurunan permintaan meski ke depan industri harus melebarkan pasarnya hingga Eropa Timur, Afrika, dan Timur Tengah," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan di Jakarta, Jumat (13/4).
Menurut dia, pasar tradisional CPO di Eropa dan beberapa negara Eropa Tengah masih cukup besar. Oleh karena itu, mereka menilai Pemerintah belum perlu memindahkan basis pelabuhan ekspor dari sana. "Saat ini belum ada penurunan permintaan dari wilayah tersebut meski di kawasan itu mengalami perlambatan ekonomi," ujarnya.
Indonesia, lanjut Fadhil, sudah puluhan tahun mengekspor CPO melalui pelabuhan Rotterdam. Oleh karena itu, pelaku usaha keberatan jika pemerintah berusaha mengubah basis pelabuhan ekspor dari Rotterdam, Belanda ke Turki, Serbia, dan Jerman.
"Yang menjadi pertanyaan, apakah 'refinery' atau pengolahan di tiga negara itu cukup besar atau tidak? Hal ini disebabkan beberapa perusahaan seperti Wilmar memiliki 'refinery' sendiri di Rotterdam dan faktor biaya patut dipertimbangkan karena saat ini biaya ke Rotterdam juga tidak terlalu mahal," paparnya.
Fadhil mengatakan bahwa pelaku usaha memang berencana untuk melakukan diversifikasi, tetapi tanpa perlu meninggalkan pasar lama.
"Negara-negara yang menjadi tujuan utama diversifikasi ialah negara Eropa Timur, misalnya Polandia, Serbia, dan negara-negara Mediterania, seperti Turki dan Iran," tuturnya.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, JUMAT, 13 APRIL 2012