2017, CPO Tatap Perbaikan Harga
24 November 2016
Admin Website
Berita Nasional
1584
JAKARTA. Harga minyak sawit mentah (CPO) tahun depan diyakini lebih baik dibandingkan tahun ini. Beberapa faktor pendukung, termasuk program mandatory biodiesel 20 persen di Indonesia (B20) dan 10 persen di Malaysia (B10).
Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan. "Secara umum, proyeksi harga tahun depan lebih baik dibandingkan tahun ini," ucapnya dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (21/11).
Menurut Fadhil, berdasarkan analisis supply and demand, tren harga CPO tahun depan akan membaik pada semester pertama. Kemudian, turun pada semester kedua. Namun secara keseluruhan, sepanjang 2017, harga CPO akan lebih baik dari tahun ini.
"Pemerintah Indonesia akan mengenakan program B20 untuk non-PSO, jadi konsumsi dalam negeri akan meningkat. Sementara itu, Malaysia akan menerapkan B10," kata Fadhil.
Sementara itu, lanjutnya, harga minyak mentah pada 2017 juga akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini. Meskipun tren harga minyak mentah dan CPO tidak selalu pararel, kenaikan harga minyak ini bisa mengerek harga CPO lebih tinggi.
"Faktor lain yang akan memengaruhi harga CPO tahun depan adalah produksi yang kembali normal meskipun dampak El Nino tahun lalu masih akan sedikit terasa di beberapa wilayah. Sedangkan dari sisi global demand, belum membaik karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih stagnan dan kondisi ekonomi dunia yang masih rentan," katanya.
Ketua Bidang Advokasi Gapki Susanto menambahkan, dari sisi suplai, produksi Indonesia tahun depan pun akan membaik. "Dampak El Nino sudah berkurang, sehingga saya perkirakan produksi minyak sawit Indonesia bisa mencapai 34 juta ton," kata Susanto.
CEO PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) wilayah Kalimantan Barat ini memperkirakan, harga CPO tahun depan akan bergerak pada kisaran MYR (Malaysia Ringgit) 2.800 sampai 3.000. (man2/k15)
SUMBER : KALTIM POST, RABU, 23 NOVEMBER 2016
Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan. "Secara umum, proyeksi harga tahun depan lebih baik dibandingkan tahun ini," ucapnya dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (21/11).
Menurut Fadhil, berdasarkan analisis supply and demand, tren harga CPO tahun depan akan membaik pada semester pertama. Kemudian, turun pada semester kedua. Namun secara keseluruhan, sepanjang 2017, harga CPO akan lebih baik dari tahun ini.
"Pemerintah Indonesia akan mengenakan program B20 untuk non-PSO, jadi konsumsi dalam negeri akan meningkat. Sementara itu, Malaysia akan menerapkan B10," kata Fadhil.
Sementara itu, lanjutnya, harga minyak mentah pada 2017 juga akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini. Meskipun tren harga minyak mentah dan CPO tidak selalu pararel, kenaikan harga minyak ini bisa mengerek harga CPO lebih tinggi.
"Faktor lain yang akan memengaruhi harga CPO tahun depan adalah produksi yang kembali normal meskipun dampak El Nino tahun lalu masih akan sedikit terasa di beberapa wilayah. Sedangkan dari sisi global demand, belum membaik karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang masih stagnan dan kondisi ekonomi dunia yang masih rentan," katanya.
Ketua Bidang Advokasi Gapki Susanto menambahkan, dari sisi suplai, produksi Indonesia tahun depan pun akan membaik. "Dampak El Nino sudah berkurang, sehingga saya perkirakan produksi minyak sawit Indonesia bisa mencapai 34 juta ton," kata Susanto.
CEO PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) wilayah Kalimantan Barat ini memperkirakan, harga CPO tahun depan akan bergerak pada kisaran MYR (Malaysia Ringgit) 2.800 sampai 3.000. (man2/k15)
SUMBER : KALTIM POST, RABU, 23 NOVEMBER 2016